Kamis, 06 Mei 2010

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BAHASA ANAK USIA (4-6 TAHUN) MELALUI BERCERITA

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BAHASA ANAK USIA (4-6 TAHUN) MELALUI BERCERITA

MOTTO
 Ambillah hikmah dari setiap apa yang menimpa kita
 Pengalaman adalah guru yang terbaik
 Berbaktilah kepada kedua orang tuamu niscaya akan lebih mudah
 Hormati dan hargailah orang lain jika kita ingin dihormati dan dihargai.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Perkembangan adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Salah satu aspek penting dalam perkembangan adalah aspek perkembangan bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena disamping berfungsi sebagai alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan kepada orang lain juga sejaligus sebagai alat untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain.
Dimasa kanak-kanak adalah usia yang paling tepat untuk mengembangkan bahasa. Karena pada masa ini sering disebut masa “golden age” dimana anak sangat peka mendapatkan rangsangan-rangsangan baik yang berkaitan dengan aspek fisik motorik, intelektual, sosial, emosi maupun bahasa. Menurut Hurlock, (Musyafa, 2002) perkembangan awal lebih penting dari pada perkembangan selanjutnya, karena dasar awal sangat dipengeruhi oleh belajar dan pengalaman.
Pada kenyataannya anak pra sekolah rata-rata belum banyak menguasai kosa kata yang dijelaskan oleh para ahli. Hal ini terlihat dari komunikasi yang mereka gunakan sehari-hari di sekolah, kadang juga ada anak yang tidak mau berbicara jika ada pertanyaan dari guru atau dalam kegiatan lain, hal ni tentunya akan menghambat perkembangan bahasanya. Disinilah peran guru sangat dibutuhkan dalam mengembangkan bahasa anak terutama di sekolah.
Mengingat hal tersebut penulis mencoba mengembangkan bahasa anak melalui bercerita. diharapkan dengan bercerita akan menambah kosa kata anak yang dapat digunakan dalam mengembangkan bahasa mereka untuk berkomunikasi sehari-hari. Menurut Keraf (1989:4) bahwa mereka yang luas kosa katanya akan memiliki kemampuan yang tinggi untuk memilih kosa kata yang tepat sebagai wakil untuk menyampaikan gagasan. Mengingat kemampuan berbahasa, merupakan salah satu unsur yang perlu dikembangkan di TK, penulis mencoba membahas tentang pentingnya bercerita bagi perkembangan bahasa anak, apakah manfaat bercerita dan lain sebagainya.
Dengan Ridho Allah SWT , mudah-mudahan Tugas Akhir ini dapat membantu guru khususnya dan orang tua pada umumnya yang sedang mengembangkan bahasa anak sesuai dengan perkembangannya.

B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas ada beberapa permasalahan yang akan penulis ungkap:
1. Bagaimana cara mengembangkan kemampuan bahasa anak melalui bercerita,
2. Apakah pentingnya bercerita bagi perkembangan anak
3. Apakah manfaat bercerita bagi perkembangan anak
4. Bagaimana cara menyampaiakan bercerita di sekolah

C. TUJUAN
1. Mengetahui cara mengembangkan kemampuan bahasa anak melalui bercerita
2. Mengetahui pentingnya bercerita bagi perkembangan anak
3. Mengetahui manfaat bercerita bagi perkembangan anak
4. Mengatahui cara menyampaian kegiatan bercerita di sekolah

D. MANFAAT
1. Manfaat teoritis
a. Menambah pemahaman penulis tentang penyusunan Tugas Akhir
b. Menambah pemahaman guru tentang kegiatan bercerita di sekolah
c. Membantu guru dan orang tua dalam kegiatan bercerita di sekolah
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru semakin menarik dalam memberikan kegiatan bercerita di
sekolah
b. Bagi orang tua, meningkatkan wawasan dan ketrampilan dalam
memberikan kegiatan bercerita.

***

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP PERKEMBANGAN
1. Pengertian
Perkembangan dapat didefinisikan sebagai deretan progresif dari perubahan yang teratur dan koheren (Hurlock,1978:23). Sedangkan menurut Monks dkk, (1991:1) perkembangan menunjukkan sebuah proses tertentu, yaitu suatu proses yang menuju kedepan dan tidak begitu saja dapat diulang kembali, Selanjutnya Werner (Monks dkk, 1991:1) menegaskan bahwa “Perkembangan menunjukan pada perubahanperubahan dalam suatu arah yang bersifat tetap”. Perkembangan dapat dikatakan sebagai perubahan yang teratur dan bersifat kuantitatif.
2. Tahap-tahap perkembangan
Menurut J. Piaget, ada 4 tahapan perkembangan kognitif:
a. Tahap Sensorimotor
Anak sejak lahir sampai usia sekitar 1 dan 2 tahun. Memahami obyek di sekitarnya melalui sensori dan aktivitas motor dan gerakannya.
b. Tahap praoperasional
Proses berfikir anak berpusat pada penguasaan simbol-simbol (misalnya kata-kata) yang mampu mengungkapkan pengalaman masa lalu.

c. Tahap operasional kongkrit
Pada tahapan ini anak mulai mampu mengatasi masalah yang berkaitan dengan konservasi dalam masalah yang bersifat konkrit.
d. Tahap formal operasional
Pada tahapan ini anak sudah mampu mengatasi masalah yang bersifat abstrak.

B. KONSEP BAHASA
1. Pengertian
Bahasa adalah mencakup segala sarana komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain (E.B. Hurlock,1997:176). Sedangkan menurut Sumiati, (1987:1) bahasa adalah ucapan pikiran, dan perasaan seseorang yang teratur dan digunakan sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat.
Dengan kata lain bahasa adalah ucapan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain yang digunakan sebagai sarana komunikasi.
2. Manfaat bahasa
Bicara tentang bercerita tentunya tidak akan lepas dari bahasa. Karena bahasa adalah sarana atau alat dalam bercerita. Perkembangan bahasa tergantung pada kematangan sel, dukungan lingkungan dan keterdidikan lingkungan. Berikut ini adalah manfaat bahasa:
a. Sebagai alat untuk berkomunikasi
b. Sebagai alat untuk mengembangkan intelektual anak
c. Sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain
d. Melalui bahasa, pendengar/penerima akan mampu memahami apa yang dimaksudkan oleh pengirim berita.



C. KONSEP BERCERITA
1. Pengertian
Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau sesuatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain (Bacrtiar S Bachir:2005:10).
Sedangkan menurut M.Nur Mustakim (2005: 20), bercerita adalah upaya untuk mengembangakan potensi kemampuan berbahasa anak melalui pendengaran dan kemudian menuturkannya kembali dengan tujuan melatih ketrampilan anak dalam bercakap-cakap untuk menyampaikan ide dalam bentuk lisan.
Dengan kata lain bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian secara lisan dalam upaya untuk mengembangkan potensi kemampuan berbahasa.
2. Jenis cerita
Berdasarkan ciri-cirinya cerita dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Cerita lama
Ceria lama pada umumnya mengisahkan kehidupan klasik yang mencerminkan srtruktur kehidupan manusia di zaman lama. Jenis-jenis cerita lama menurut Desy, (1992:166-167) adalah sebagai berikut:
1) Dongeng: Cerita tentang sesuatu yang tidak masuk akal, tidak benar terjadi dan bersifat fantasis atau khayal. Dongeng macamnya sebagai berikut:
􀂾 Mite: Adalah cerita atau dongeng yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat setempat tentang adanya makhluk halus
􀂾 Legenda: Adalah dongeng tentang kejadian alam yang aneh dan ajaib
􀂾 Fabel: Adalah dongeng tentang kehidupan binatang yang diceritakan seperti kehidupan manusia
􀂾 Saga: Adalah dongeng yang berisi kegagahberanian seorang pahlawan yang terdapat dalam sejarah, tetapi cerita bersifat khayal.
2) Hikayat: Adalah cerita yang melukiskan raja atau dewa yang bersifat khayal
3) Cerita berbingkai: Adalah cerita yang didalamnya terdapat beberapa cerita sebagai sisipan
4) Cerita panji: Adalah bentuk cerita seperti hikayat tapi berasal seperti kesusastraan jawa.
5) Tambo: Adalah cerita mengenai asal-usul keturunan, terutama keturunan raja-raja yang dicampur dengan unsur khayal.
Dengan kata lain jenis cerita yang tepat untuk anak TK adalah jenis cerita fabel karena mereka sedang senang-senangnya dengan hewan peliharaan. Jenis cerita tersebut, dalam penyampaiannya dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
b. Cerita baru:
Cerita baru adalah bentuk karangan bebas yang tidak berkaitan dengan sistem sosial dan struktur kehidupan lama. Cerita baru dapat dikembangkan dengan menceritakan kehidupan saat ini dengan keanekaragaman bentuk dan jenisnya.
c. Manfaat bercerita
Menurut Tadkiroatun Musfiroh, (2005:95) ditinjau dari beberapa aspek, manfaat bercerita sebaga beripkut:
1. Membantu pembentukan pribadi dan moral anak
2. Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi
3. Memacu kemampuan verbal anak
4. Merangsang minat menulis anak
5. Merangsang minat baca anak
6. Membuka cakrawala pengetahuan anak
Sedangkan menurut Bachtiar S. Bachri (2005: 11), manfaat bercerita adalah dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak, sebab dalam bercerita anak mendapat tambahan pengalaman yang bisa jadi merupakan hal baru baginya.
Manfaat bercerita dengan kata lain adalah menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi sehingga dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak.

***

BAB III
METODE DAN SISTEMATIKA PENULISAN

A. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini, yaitu:
1. Spesifikasi Penulisan
Penulisan ini termasuk penulisan dalam bentuk deskriptif yaitu menggambarkan keadaan sesuatu. Data diperoleh berdasarkan kejadian- kejadian yang sering terjadi.
2. Metode Pengumpulan Data
Merupakan salah satu metode pengumpulan data yang bersumber dari daftar pustaka, buku dan lain-lain. Buku pustaka berupa referensi yang disalin diperpustakaan dan buku tentang bercerita
B. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penulisan
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.Konsep Perkembangan
B. Konsep Bahasa
C. Konsep Bercerita
D. Manfaat Bercerita
BAB III METODE DAN SISTEMATIKA PENULISAN
A. Metode Penulisan
B. Sistematika Penulisan
BAB IV PEMBAHASAN
A. Cara Guru Dalam Mengembangkan Kemampuan Bahasa Anak Melalui Bercerita
B.Pentingnya Bercerita Bagi Perkembangan Anak
C. Manfaat Bercerita Bagi Perkembangan Anak
D. Kegiatan Bercerita Disekolah
BAB V PENUTUP
A. Penutup
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

***

BAB III
PEMBAHASAN

A. CARA GURU DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BAHASA ANAK MELALUI BERCERITA
Cerita memang menyenangkan anak sebagai penikmatnya, karena bercerita memberikan bahan lain dari ssi kehidupan manusia, dan pengalaman hidup. Pada saat menyimak cerita, sesunguhnya anak-anak memutuskan hubungan dengan dunia nyata untuk sementara waktu, masuk kedalam dunia imajinatif yang bersifat pribadi, cerita secara lisan yang disampaikan pencerita memiliki karakteristik tertentu. Semakin pandai seseorang bercerita semakin kuat pengaruh kata-katanya pada anak. Untuk dapat melakukan pengaruh pada anak seorang pencerita harus memahami bagaimana cara anak berfikir menurut pandangan psikologis dan bagaimana memandang diri dari dunianya secara realita.
Petama kali anak memilki apa yang dimaksud dengan “dunianya” yaitu segala sesuatu yang melatarbelakangi dan mampu difikirkannya tanpa melakukan validasi (pengecekan) terhadap dunia yang sesunguhnya. Contohnya seorang anak memiliki keyakinan bahwa dirinya bisa terbang, dirinya bisa berenang bagai seekor ikan, dan lain-lain. Menurut meraka hal ini adalah kenyataan, oleh karena itu guru dapat memanfaatkannya untuk pembelajaran dan dapat dijadikan bahan kegiatan bercerita. Kedua, anak perlu memahami “kenyataan” yang seharusnya yaitu bahwa disamping alam befikir yang bebas anak harus dihadapkan pada realita yang sesungguhnya, contohnya: api itu panas dan dapat menyebabkan luka jika mengenai badan/kulit.
Sedangkan seorang guru dalam menyampaikan agar menarik dan anak dapat berkonsentrasi dalam mendengarkan cerita yaitu dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan suara yang keras, memberi penugasan kepada anak setelah medengarkan cerita, menggunakan medoia dalam bercerita, selingi dengan hiburan atau bernyanyi.
Cerita yang menarik adalah cerita mengenai diri dan imajinasi pendengarnya, oleh karena itu penceritaan terhadap anak perlu menggabungkan kemapuan melihat realita dan kemampuan berfikir yang bebas,imajinasi yang ditambah dengan kelucuan dan hiburan dalam cerita yang disampaikan sehingga anak tidak bosan mendengarnya dan dapat membangkitkan imajinasi mereka. Disamping itu seorang guru sebelum menyampaikan cerita terlebih dahulu menentukan kriteria-kriteria sebagai berikut:
1. Tema
Tema adalah makna yang terkandung didalam sebuah cerita.Untuk anak TK cerita yang diberikan sebaiknya memiliki tema tunggal, berupa tema sosial maupun tema ke-Tuhanan. Tema yang lain misalnya tema moral dan kemanusiaan. Disamping itu tema yang disampaikan hendaknya bersifat tradisional misalnya cerita tentang pertentangan baik dan buruk.
2. Amanat
Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang dalam karyanya (Sudjiman,1992;57). Amanat untuk cerita anakanak harus ada didalam cerita atau dongeng, baik ditampilkan secara eksplisif maupu implisif, baik dinyatakan melalui para tokohnya, maupun oleh penceritanya.
3. Plot atau alur cerita
Plot adalah peristiwa-peristiwa naratif yang disusun dalam serangkaian waktu. Karena kemampuan logika anak TK belum berkembang maksimal, maka plot yang disampaikan dalam cerita cenderung sederhana tidak terlalu sulit.
4. Tokoh dan penokohan
Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami berbagai peristiwa dalam cerita. Anak TK memerlukan tokoh cerita yang jelas dan sederhana. Tokoh-tokoh sederhana membantu anak-anak dalam mengidentifikasi tokoh jahat dan tokoh baik.
5. Sudut Pandang
Sudut pandang merupakan salah satu sarana cerita (Stanton, 1973). Dalam cerita lisan untuk anak TK menggunakan kata “dia” baru sebagai pembawa cerita dituntut untuk dapat membawakan dialog dengan baik, sehingga katakter tokoh dapat diidentifikasi anak.
6. Latar
Latar adalah unsur cerita yang menunjukkan kepada penikmatnya dimana dan kapan kejadian-kejadian dalam cerita berlangsung. Cerita anak boleh terjadi dalam latar atau setting apapun asal sesuai dengan perkembangan kognsi dan moral anak-anak. Adapun setting waktu yang tepat adalah yang sesuai dengan tingkat perkembangan bahasa anak seperti besok dan sekarang.
7. Sarana Kebahasaan
Agar apa yang disampaikan itu sampai kepada penikmatnya yang dituju, bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan tingkat usia, sosial dan pendidikan penikmatnya. Bahasa cerita untuk anak-anak ditandai dengan ciri-ciri bentuk kebahasaan seperti pilihan kata, struktur kalimat dan bentuk-bentuk bahasa tertentu. Pada dongeng, sebagai bagian dari cerita rakyat, sarana kebahasaan cenderung tetap pada bagian awal dan akhir, seperti “pada suatu hari… dan akhirnya mereka bahagia”.

B. PENTINGNYA BERCERITA BAGI PERKEMBANGAN ANAK
Banyak orang tidak menyadari betapa besar pengaruh cerita bagi perkembangan bahasa anak, bahkan sampai membentuk budayanya. Pengaruh cerita, membaca cerita dan bercerita yang demikian besar menjadi salah satu alasan bagaimana cerita yang baik.
Cerita juga dapat digunakan oleh orang tua dan guru sebagai sarana mendidik dan membentuk kepribadian anak melalui pendekatan transmisi budaya (Suyanto & Abbas,2001). Melalui kegiatan ini, transmisi budaya terjadi secara alamiah, bawah sadar dan akumulatif hingga jalin menjalin membentuk kepribadian anak. Bercerita menjadi sesuatu yang penting bagi anak karena beberapa alasan:
1. Bercerita merupakan alat pendidikan budi pkerti yang paling mudah di cerna anak
2. Bercerita merupakan metode dan materi yang dapat di integrasikan dengan dasar
ketrampilan lain, yakni berbicara, membaca dan menulis.
3. Bercerita memberi ruang lingkup yang bebas pada anak untuk mengembangan
kemampuan bersimpati dan berempati
4. Bercerita memberikan “pelajaran” budaya dan budi pekerti yang memiliki retensi
lebih kuat dari pada “pelajaran” budi pekerti yang diberikan melalui penuturan
atau perintah langsung.
5. Bercerita memberi contoh pada anak bagaimana menyikapi suatu permasalan
dengan baik, sekaligu memberi “pelajaran” pada anak bagaimana cara
mengendalikan keinginan-keinginan yang dinilai negative oleh masyarakat.

Arti pentingnya cerita bagi perkembangan anak tidak dapat dilepaskan dari kemampuan guru dalam mentransmisikan nilai-nilai luhur kehidupan dalam bentuk cerita atau dongeng.Kemampuan gurulah yang sebenarnya menjadi tolak ukur kebermaknaan bercerita. Tanpa itu dongeng dan cerita tidak akan memberikan makna apa-apa bagi anak.

C. MANFAAT BERCERITA BAGI PERKEMBANGAN ANAK
Cerita merupakan kebutuhan universal manusia, dari anak-anak hingga orang dewasa. Bagi anak-anak, cerita tidak sekedar memberi manfaat emotif tetapi juga membantu pertumbuhan mereka dalam berbagai aspek. Oleh karena itu bercerita merupakan aktivitas penting dan tak terpisahkan dalam program pendidikan untuk anak usia dini. Cerita bagi anak memiliki manfaat yang sama pentingnya dengan aktivitas dan program pendidikan itu sendiri. Ditinjau dari berbagai aspek, manfaat tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
1. Membantu pembentukan pribadi dan moral anak. Cerita sangat efektif untuk mempengaruhi cara berfikir dan cara berperilaku anak karena mereka senang mendengarkan cerita walaupun dibacakan secara berulang-ulang. Pengulangan imajinasi anak, dan nilai kedekatan guru dan orang tua membuat cerita menjadi efektif untuk mempengaruhi cara berfikir mereka.
Cerita mendorong perkembangan moral anak karena beberapa sebab, yaitu sebagai berikut:
a. Menghadapkan siswa kepada situasi yang mengandung “konsiderasi” yang sedapat mungkin mirip dengan yang dihadapi siswa dalam kehidupan.
b. Cerita dapat memancing siswa menganalisis situasi, dengan melihat bukan hanya yang nampak tetapi juga sesuatu yang tersirat didalamnya, untuk menemukan isyarat-isyarat halus yang tersembunyi tentang perasaan, kebutuhan dan kepentingan orang lain.
c. Cerita mendorong siswa untuk menelaah perasaan sendiri sebelum ia mendengar respon orang lain untuk dibandingkan.
d. Cerita mengembangkan rasa konsiderasi yaitu pemahaman dan penghayatan atas apa yang diucapkan/dirasakan tokoh hingga akhirnya anak memiliki konsiderasi terhadap tokoh lain dalam alam nyata (Nasution,1989:162-163).
2. Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi. Anak-anak membutuhkan penyaluran imajinasi dan fantasi tentang berbagai hal yang selalu muncul dalam pikiirannya. Masa usia pra sekolah merupakan masa-masa aktif anak berimajinasi. Tak jarang anak “mengarang” suatu cerita sehingga oleh sebagian orang tua dianggap sebagai kebohongan. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya, imajinasi anak-anak sedang membutuhkan penyaluran. Salah satu tempat yang tepat adalah cerita.
Anak membutuhkan dongeng atau cerita karena beberapa hal:
a. Anak membangun gambaran-gambaran mental pada saat guru memperdengarkan kata-kata yang melukiskan kejadian.
b. Anak memperoleh gambaran yang beragam sesuai dengan latar belakang pengetahun dan pengalaman masing-masing.
c. Anak memperoleh kebebasan untuk melakukan pilihan secara mental.
d. Anak memperoleh kesempatan menangkap imajinasi dan citraan- citraan cerita: citraan gerak, citraan visual, dan auditif.
3. Memacu kemampuan verbal anak. Cerita yang bagus tidak sekedar menghibur tetapi juga mendidik, sekaligus merangsang perkembangan komponen kecerdasan linguistik yang paling penting yakni kemampuan menggunakan bahasa untuk mencapai sasaran praktis. Selama menyimak cerita, anak belajar bagaimana bunyibunyi yang bermakna diajarkan dengan benar, bagaimana kata-kata disusun secara logis dan mudah dipahami, bagaimana konteks dan konteks berfungsi dalam makna.
Memacu kecerdasan linguistik merupakan kegiatan yang sangat penting. Pernyataan ini didukung oleh pendapat sejumlah ahli, bahwa diantara komponen kecerdasan yang lain, kecerdasan linguistiklah yang mungkin merupakan kecerdasan yang paling universal.
Cerita mendorong anak bukan saja senang menyimak cerita, tetapi juga senang bercerita atau berbicara. Anak belajar tentang tata cara berdialog dan bernarasi dan terangsang untuk menirukannya. Kemampuan pragmatik terstimulasi karena dalam cerita ada negosiasi, pola tindak-tutur yang baik seperti menyuruh, melarang, berjanji, mematuhi larangan dan memuji.
Memacu kemampuan bercerita anak merupakan sesuatu yang penting, karena beberapa alasan, yaitu pertama anak memiliki kosa kata cenderung berhasil dalam meraih prestasi akademik. Kedua, anak yang pandai berbicara memperoleh perhatian dari orang lain. Hal ini penting karena pada hakikatnya anak senang menjadi pusat perhatian dari orang lain.
Ketiga, anak yang pandai berbicara mampu membina hubungan dengan orang lain dan dapat memerankan kepemimpinannya dari pada anak yang tidak dapat berbicara. Berbicara baik mengisyaratkan latar belakang yang baik pula. Keempat, anak yang pandai berbicara akan memiliki kepercayaan diri dan penilaian diri yang positif, terutama setelah mendengar komentar orang tentang dirinya.
4. Merangsang Minat menulis. Pengaruh cerita terhadap kecerdasan bahasa anak diakui oleh Leonhardt. Menurutnya cerita memancing rasa kebahasaan anak . anak yang gemar mendengar dan membaca cerita akan memiliki kemampuan berbicara, menulis dan memahami gagasan rumit secara lebih baik (Leonhardt,1997:27). Ini berarti selain memacu kemampuan berbicara, menyimak cerita juga merangsang minat menulis anak.
5. Merangsang minat baca anak. Bercerita dengan media buku, menjadi stimulasi yang efektif bagi anak TK, karena pada waktu itu minat baca pada anak mulai tumbuh. Minat itulah yang harus diberi lahan yang tepat, antara lain melalui kegiatan bercerita.
Menstimulasi minat baca anak lebih penting dari pada mengajar mereka membaca, menstimulasi memberi efek yang menyenangkan, sedangkan mengajar seringkali justru membunuh minat baca anak, apalagi bila hal tersebut dilakukan secara dipaksa.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk memupuk minat baca anak berkaitan dengan bercerita adalah sebagai berikut:
a. Biarkan anak memilih sendiri buku cerita yang dibacakan guru. Dalam hal ini, guru mempersiapkan beberapa buku yang hendak dibacakan, dan anak memilih buku cerita mana yang akan dibacakan guru.
b. Persiapkan buku-buku yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak, baik tulisan, piliha kata, isi cerita, panjang cerita, maupun ilustrasinya.
c. Bawalah anak –anak ke perpustakaaan atau TK yang menyediakan bahan bacaan.
d. Bacakanlah cerita dengan lafal yang baik dan menarik. Tunjukkan jari kelambang tulis.
6. Membuka cakrawala pengetahuan anak. Setiap anak pada hakekatnya sangat tertarik untuk mengenal dunia, dan karena dunia ini cenderung berkaitan dengan budaya dan identitas banyak orang, maka anak juga tertarik untuk mengenal budaya dan ras lain. Cerita kadang menyimpan daya rangsang tinggi untuk memicu daya eksplorasi anak tentang lingkungan.
Kegiatan bercerita dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak, sebab dalam kegiatan bercerita anak mendapat tambahan pengalaman yang bisa jadi merupakan hal baru baginya, atau juga seandainya bukan merupakan hal baru tentu akan mendapatkan kesempatan untuk mengulang kembali ingatan akan hal yang pernah didapat atau dialaminya.
D. KEGIATAN BERCERITA DI SEKOLAH
Untuk menyajikan secara menarik, diperlukan beberapa persiapan, mulai dari memilih jenis cerita, menyiapkan tempat, panyiapan alat peraga dan sebagainya hingga penyajian cerita.
1. Memilah dan memilih materi cerita
Diantara berbagai jenis cerita, cerita tentang pengalaman seseorang dan faktor tradisional merupakan sumber cerita terbaik bagi anak-anak.
a. Jenis cerita
Dalam program pembelajaran di TK, cerita dapat digolongkan menjadi tiga, yakni cerita untuk program inti, cerita untuk program pembuka, dan cerita untuk tujuan rekreasi pada akhir program. Cerita untuk program inti, digunakan dalam kegiatan inti cerita ini disampaikan oleh guru sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin di capai. Misalnya cerita tentang Bebek si buruk rupa. Ceria ini menggambarkan seekor bebek yang buruk rupanya, tetapi hatinya baik, suka menolong dan sebagainya. Tujuan pembelajaran ini, guru ingin menanamkan rasa saling tolong menolong, tidak membeda- bedakan teman. Cerita untuk program pembuka dan penutup, disampaikan pada kegiatan inti dan penutup yang menyampaikan adalah anak, seorang guru hanya memberikan stimulasi, misalnya dalam kegiatan berbagi cerita tentang pengalaman naik sepeda dan sebagainya. Sedangkan cerita untuk tujuan rekreasi pada akhir program, cerita ini disampaikan oleh anak setelah liburan sekolah.
Untuk jenis cerita anak yang banyak disukai adalah cerita fabel karena anak sedang senang dengan binatang-binatang peliharaan.
2. Pengelolaan kelas untuk bercerita
Pengelolaan kelas merupakan upaya dalam mendayagunakan potensi kelas (Sudirman,1987:310).pengelolaan kelas dengan baik seorang guru perlu memperhatikan aspek-aspek pengelolaan kelas yang terdiri:
a. Pengorganisasian siswa
Bentuk pengelompokan anak-anak yang akan dilibatkan atau diajak berinteraksi dalam penceritaan terlebih dahulu guna mengetahui hubungan sosial antar anak dalam kelas.
b. Penugasan kelas
Dalam kegiatan bercerita, penugasan kelas dapat dilakukan dengan meminta anak-anak untuk mencari tokoh utama dalam cerita mengingatnya dan menyebutkan kembali sifat-sifatnya. Tentunya tugas tersebut dikomunikasikan terlebih dahulu sebelum penceritaan berlangsung.
c. Disiplin kelas
Dalam kegiatan bercerita di TK, bentuk-bentuk disiplin kelas tentu harus disesuaikan dengan karakteristik anak usia dini. Dalam melakukan peceritaannya seorang guru tetap perlu menenangkan muridnya untuk mendengarkan pesan melalui ceritanya. Proses menenangkan murid perlu dilakukan dengan cara mendidik, tidak disertai dengan ancaman dilakuan dengan mengikat perhatian mereka melalui cerita yang disajikan dengan menarik sehingga tidak membuat anak sibuk sendiri.
d. Pembimbingan siswa
Dalam kegiatan bercerita, bimbingan yang diperlukan dapat berbentuk pemberian informasi sejelas-jelasnya tentang proses dan tujuan cerita yang akan disampaikan serta kemungkinan permasalahan yang muncul dalam memahami pembelajaran yang akan diikutinya.
3. Pengelolaan tempat untuk bercerita
a. Penataan tempat untuk bercerita
Tempat duduk sisa dalam kegiatan bercerita perlu mendapatkan perhatian yang serius. Sebab tempat duduk berkaitan dengan banyak hal. Keterkaitan itu adalah; interaksi guru dan siswa, karakteristik materi penceritaan, media pembelajaran yang digunakan dalam penceritaan.Oleh karena, itu tempat duduk siswa sangat berpengaruh dalam keberhasilan kegiatan bercerita.
Aktifitas bercerita tidak harus dilakukan didalam kelas, kegiatan bercerita dapat dilakukan dimanapun asal memenuhi kriteria kebersihan, keamanan dan kenyamanan. Jika jumlah anak sedikit, bercerita dapat dilakukan diberbagai tempat seperti di teras, di bawah pohon, dan lain sebagainya. Pada prinsipnya yang penting tempat tersebut dapat menampung semua anak, teduh, bersih dan aman.
Apabila jumlah anak relatif banyak sebaiknya dipilih tempat yang lebih luas. Ruang kelas merupakan tempat yang paling representatif (memenuhi persyaratan) yang lebih baik lagi apabila cerita yang disampaikan ditempat yang berkaitan. Misalnya: Monumen Yogya kembali, disampaikan di Yogyakarta.
b. Posisi media
Penempatan dalam ruangan perlu memperhatikan beberapa aspek. Keterjangkauan menjadi prioritas bahwa semua media yang akan dipakai mudah dijangkau oleh guru sehingga tidak mengganggu proses penceritaan. Aspek lain yang perlu diperhatikan adalah keselamatan media terhadap kemungkinan gangguan yang muncul berasal dari murid-murid sendiri. Untuk itu yang perlu dilakukan adalah peraturan akan murid, guru dan media dengan baik.
Media yang biasa digunakan disekolah adalah buku cerita, gambar dan boneka. Bercerita dengan media buku dipilih apabila guru memiliki keterbatasan pengalaman. Disamping itu membiasakan cerita dalam buku memiliki kelebihan dan kelemahan yang harus diatasi guru.
Beberapa keuntungan tersebut yaitu:
1) Mebacakan cerita dalam buku merupakan demonstrasi terbaik bagaimana mencintai buku.
2) Buku merupakan sumber ide terbaik.
3) Ketika menyimak tulisan, anak memiliki kesempatan untuk memprediksi kata dari kelanjutan cerita.
4) Keberadaan buku mendorong anak untuk belajar “membacanya” sendiri begitu kegiatan bercerita selesai (Wright,1998:13).
5) Bercerita dengan alat peraga buku memilki pengaruh yang positif dalam memunculkan kemampuan keberaksaraan dan mendorong tumbuhnya kesiapan baca pada anak.
Bercerita dengan media gambar digunakan untuk menyampaikan dongeng kepada anak meliputi gambar seri dalam bentuk kertas lepas dan buku serta gambar didepan flannel. Sedangkan bercerita dengan media boneka, membutuhkan persiapan yang lebih matang terutama persiapan memainkan boneka. Beberapa jenis boneka yang dapat digunakan sebagai alat peraga bercerita, yakni boneka gagang (termasuk didalamnya wayang), boneka gantung, boneka tangan dan boneka tempel.

c. Penataan Ruang Cerita
Kegiatan bercerita di TK dapat dilakukan dimana saja. Pelaksanaanya dapat dilakukan didalma maupun diluar kelas. Jika penceritaan dilakukan di dalam kelas, maka kelas perlu dtata untuk memberikan dukungan penceritaan. Penataan tersebut meliputi ventilasi, tata cahaya dan tata warna. Sedangkan penataan yang dilakukan di luar kelas membutuhkan beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya:
1) Kesesuaian tuntutan cerita
2) Keamanan
3) Kenyamanan
4. Strategi Penyamain cerita untuk anak
Kegiatan bercerita di sekolah dapat dilakukan dengan baik, apabila sebelumnya dipersiapkan terlebih dahulu, tidak hanya itu saja peran seorang guru disini juga sangat berperan penting, untuk memberikan suasana yang menyenangkan agar anak dalam mendengarkan cerita atau bercerita dengan hati yang senang. Karena pada prinsipnya belajar di TK itu belajar sambil bermain.Oleh karena itu seorang guru harus mempunyai metode yang tepat dalam menyampaikan kegiatan bercerita, strategi tersebut yaitu:
a. Straregi Storytelling
Straregi Storytelling merupakan penceritaan cerita yang dilakukan secara terencana dengan menggunakan boneka, atau benda-benda visual, metode ini bertujuan untuk menghasilkan kemampuan berbahasa anak. Penggunaan metide ini dibutuhkan untuk melatih dan membentuk ketrampilan berbicara, pengembangkan daya nalar, dan pengembanangkan imajinasi anak. Metode ini contohnya seperti metode sandiwara boneka, metode bermain peran, metode bercakap- cakap dan metode tanya jawab.
Sampai di sini
b. Strategi Reproduksi Cerita
Strategi reproduksi cerita adalah kegiatan belajar mengajar bercerita
kembali cerita yang didengar. Tujuan kegiatan ini sama dengan tujuan
straregi Storytelling. Strategi ini dimulai setelah guru
bercerita,kemudian anak diminta menceritakan cerita itu sesuai dengan
daya tangkap anak.
c. Strategi Simulasi Kreatif
Strategi simulasi kreatif dilaksanakan untuk memanipulasi kegiatan
belajar sambil bermain dari penggalan dialog cerita atau bermain peran
membawakan tokoh-tokoh dalam cerita.
29
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, maka penulis
menyampaikan kesimpulan sebagai berikut:
1. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan
manusia karena disamping berfungsi sebagai alat untuk menyatakan
pikiran dan perasaan kepada orang lain, juga sekaligus sebagai alat untuk
memahami perasaan dan pikiran orang lain.
2. Melalui bercerita, kosa kata anak akan bertambah, hal inilah yang dapat
membantu dalam mengembangkan bahasa mereka.
3. Bercerita membantu pembentukan pribadi dan moral anak, menyalurkan
kebutuhan imajinasi, memacu kemampuan verbal anak, merangsang minat
menulis anak, merangsang minat baca anak, membuka cakrawala
pengetahuan anak.
4. Cerita yang baik adalah cerita yang memenuhi kriteria seperti tema,
amanat, plot, tokoh dan penokohan, sudut pandang, latar dan sarana
kebahasaan.
5. Jenis cerita dibagi menjadi dua yang pertama cerita lama meliputi:
dongeng, hikayat, cerita berbingkai, cerita panji dan tambo. Yang kedua
cerita baru.
30
6. Kegiatan bercerita di sekolah, harus dipersiapkan terlebih dahulu yaitu
dengan memilah dan memilih materi cerita, pengelolaan kelas untuk
bercerita, pengelolaan tempat untuk bercerita.
7. Strategi penyampaian cerita untuk anak dilakuan dengan cara Story telling,
reroduksi cerita dan simulasi kratif.
B. SARAN
Salah satu Tugas Akhir ini adalah untuk memperkaya pengetahuan, di
bawah ini dikemukakan saran sebagai berikut:
1. Tugas Akhir untuk menambah wawasan pembaca tentang pengetahuan,
ketrampilan dan sikap tentang pembelajaran cerita anak. Oleh karena itu,
kehadiran Tugas Akhir ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk
kebutuhan pengembanagn ilmu.
2. Dalam penyajian cerita hendaknya diperhatikan langkah-langkah
penyusunan persiapan pelaksanaan cerita. Dengan upaya ini di harapkan
cerita dapat berfungsi secara maskimal dan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.
3. Strategi penyampain cerita story telling, reproduksi cerita dan simulasi
kreatif dapat dimanfaatkan oleh orang tua, guru dan calon guru TK untuk
meningkatkan keptrampilan menyajikan cerita yang menyenangkan anak
yang kreatif dan efisien. Terutama untuk mengembangkan bahasa anak.
31
DAFTAR PUSTAKA
Bachri, S Bachtiar. 2005. Pengembangan Kegiatan Bercerita, Teknik dan
Prosedurnya. Jakarta: Depdikbud
Hurlock, B Elizabeth. 1997. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Musfiroh, Tadkiroatun. 2005. Bercerita Untuk Anak Usia Dini. Jakarta:
Depdiknas.
Nur Aeni E. 2000. Metode Pengembangan Kemampuan Berbahasa. Jakarta:
Depdiknas.
Saleh, Chasimar, dkk. 1991. Pedoman guru Bidang Pengembangan
Kemampuan Berbahasa di TK. Jakarta: Depdikbud.
Soeparmoto, dkk. 2004. Psikologi Perkembangan. Semarang: UNNES Press.
Widodo, Isye. 2002. Sampai Dimana Kemampuan Anak Prasekolah. Jakarta:
Klinik Peka

1 komentar:

  1. kunjungi http://qizz234.blogspot.com/ untuk contoh PKP yang lain

    BalasHapus